Riwayat Bajaj, Hampir 50 Tahun Melintasi Jalanan Ibu Kota

Tahun 1975 merupakan marakanya Bajaj di Jakarta yang ditetapkan oleh Pemprov DKI Jakarta menjadi angkutan umum yang masih ada hingga saat ini. Transportasi satu ini mengalami puluhan tahun perkembangan di Jakarta yang masih bertahan dan melayani Masyarakat sampai saat ini.

Bajaj merupakan kendaraan Jenis IV yang meliputi Helicak, Mebea dan Minicar yang dimana Transportasi ini meliputi di lingkungan wilayah pemukiman warga. Bajaj juga bisa bertahan sampai hari ini karena lebih unggul Ekonomi dan Efisien.

Tetap Ungguli Pesaing

Pada Tahun 1990, Bajaj memiliki penantang yang Bernama Tuk Tuk dan Toyoko yang serupa dengan Bajaj. Bajaj awalnya memiliki Mesin 150 cc dan merupakan Produksi dari India dan Tuk Tuk dari Thailand memiliki Mesin 350 hingga 500 cc. Dan Tahun 2004, Pemprov DKI Jakarta merilis Kancil untuk menjadi pengganti Bajaj.

Dan tidak mendapat respon yang positif dari Masyarakat karena tidak terjangkau. Contohnya Satu Unit membutuhkan 40 Juta yang dimana Bajaj hanya membutuhkan 15 Juta saja pada Tahun 2004. Dan membuat Bajaj tetap diminati dan bertahan sampai saat ini. Dan bertambah terus hingga mencapai 15.000 Unit sampai saat ini.

Menekan Polusi

Pemprov DKI Jakarta mempertahankan Bajaj pada Tahun 2013 yang sekarang Bajaj sudah mendominasi di Jakarta. Dan juga Pemprov DKI menekan Bajaj untuk beralih ke Gas untuk tekan Polusi yang beberapa Tahun terakhir ini Bajaj cukup bersaing dengan angkutan umum lainnya. Dan juga saat Bajaj ini hanya mendapatkan sedikit penumpang saat ada angkutan umum lainnya seperti Gojek.

Ini membuat Bajaj harus lebih efisien dan efektif lagi untuk menarik penumpang. Banyak harus yang bekerja sampai larut malam untuk bisa mendapatkan penumpang. Karena Bajaj kurang diminati membuat Bajaj bisa sampai berebut penumpang dengan Bajaj lainnya.

Persaingan Ketat dengan Angkutan Umum lainnya

Dengan hadirnya Gojek dan Grab sebagainya membuat banyak orang saat ini lebih memilih opsi tersebut karena lebih mudah dan ekonomis. Jika memilih Bajaj mereka harus mencari dan menunggu terlebih dahulu atau ke pangkalan Bajaj yang terdekat. Dan dari sini membuat Bajaj tidak bisa bersaing dengan Angkutan umum seperti Gojek dan membuat pengendara Bajaj harus berdiam di tempat yang ramai dan strategis seperti di area Mall atau Perkantoran.

Dan tidak banyak juga pengendara Bajaj yang beralih menjadi ke pengendara Gojek untuk bisa mendapatkan uang yang lebih untuk keluarga. Ini membuat Pemprov DKI tidak bisa diam saja. Semoga Pemprov DKI melakukan yang terbaik untuk angkutan umum seperti Bajaj dan Gojek untuk bisa bersaing dengan lebih sehat. Karena jika begini terus, Bajaj bisa hilang dari Jakarta dan tidak ada yang memakai Bajaj lagi.